Apasih penyebab muntah itu?
Inilah 15 Penyebab Muntah
Catatan : Penyebab sering (no 1-2) dan penyebab jarang (no. 3-15)
1. Infeksi virus dan gastroentritis akut.
Penyebab paling sering adalah infeksi virus di antaranya adalah
gastroenteristis akut biasanya oleh virus khususnya rotavirus. Infeksi diare
pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi diare
karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala
infeksi rotavirus atau virus lainnya berupa demam ringan, diawali muntah
sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala
utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Infeksi
rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan
tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan
berat, bahkan kematian. Infeksi virus bukan rotavirus biasanya hanya terdapat
keluhan muntah sering tanpa diikuti diare yang hebat
2. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Pada anak penderita alergi khususnya dengan gastrooesephageal refluks.
Pada penderita ini, biasanya keluhan muntah atau gumoh sering saat usia di
bawah usia 6- 12 bulan. Setelah usia itu keluhan berangsur berkurang dan akan
membaik palaing lama setelah usia 5-7 tahun. Pada umumnya usia 3-6 bulan muntah
hanya 2-5 kali perhari dan kan membaik dengan pertambahan usia. Serangan
gangguan muntah akan lebih berat saat terjadi infeksi saluran napas atau
infeksi virus lainnya. Keluhan infeksi virus biasanya disertai keluhan demam,
badan hangat, badan pegal, nyeri otot, sakit kepala, nyeri tenggorokan, batuk
atau pilek. Makanan pada penderita alergi makanan bisa menyebabkan muntah
tetapi hanya lebih ringan dan dalam beberapa saat akan berkurang. Penderita
alergi dengan GER biasanya disertai dengan alergi pada kulit, hidung dan saluran
napas.
3. Stenosis pilorus
Ini merupakan gangguan yang terjadi pada bayi berupa penyempitan pada bagian
ujung lubang tepat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan
tersebut, hanya sejumlah kecil makanan bisa masuk ke usus, selebihnya akan
dimuntahkan sehingga anak mengalami penurunan berat badan. Kondisi ini biasanya
menyebabkan "muntah proyektil" sangat kuat dan merupakan indikasi
untuk operasi mendesak.
4. Obstruksi usus (sumbatan pada saluran cerna)
5. Terlalu banyak makan
6. Peritonitis (radang pada selaput perut yang membungkus
seluruh organ perut dan membatasi rongga perut)
7. Ileus (berhentinya untuk sementara
kontraksi normal dinding usus)
8. Kolesistitis (peradangan pada kandung empedu),
pankreatitis (peradangan pada pankreas), usus buntu, hepatitis
(peradangan pada hati)
9. Keracunan makanan
10. Sistem sensorik dan otak
Penyebab dalam sistem sensorik di antaranya adalah gerakan, motion sickness
(yang disebabkan oleh overstimulation dari labirin kanal-kanal telinga),
dan penyakit ménière (kelainan yang memengaruhi bagian dalam telinga). Penyebab
di otak di antaranya, gegar otak, perdarahan otak, migrain, tumor otak, yang
dapat menyebabkan kerusakan kemoreseptor dan intrakranial jinak hipertensi dan
hidrosefalus.
11. Gangguan metabolik
Ini mungkin mengganggu baik pada perut dan bagian-bagian otak yang
mengkoordinasikan muntah, hypercalcemia (kadar kalsium tinggi), uremia
(penumpukan urea, biasanya karena gagal ginjal), adrenal insufisiensi,
hipoglikemia dan hiperglikemia.
12. Hiperemesis (mual berlebihan pada saat kehamilan),
morning sickness.
13. Reaksi obat
Muntah dapat terjadi sebagai respon somatik akut, efek dari alkohol, opioid, selective
serotonin reuptake inhibitor. Banyak obat kemoterapi dan beberapa
entheogen (seperti peyote atau ayahuasca) menyebabkan muntah.
14 Penyakit akibat virus norwalk, flu babi dan berbagai penyakit
infeksi lainnya.
15. Lain-lain:
- Gangguan makan (anoreksia nervosa atau bulimia nervosa)
- Untuk menghilangkan racun tertelan (beberapa racun tidak boleh
dimuntahkan karena mereka mungkin lebih beracun ketika dihirup atau disedot,
karena lebih baik untuk meminta bantuan sebelum menginduksi muntah)
- Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan mengalami
muntah guna memberi ruang dalam perut mereka untuk konsumsi alkohol lebih
lanjut.
- Pasca operasi (mual dan muntah pasca operasi)
- bau atau pikiran (seperti materi membusuk, muntah orang lain,
memikirkan muntah), dll
- Nyeri ekstrim, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard
(serangan jantung)
- Kekerasan, emosi
- Sindrom muntah siklik (Cyclic Vomiting Syndrome/CVS)
(kondisi buruk-dipahami dengan serangan muntah)
- Dosis tinggi radiasi pengion kadang-kadang akan memicu refleks muntah
di korban
- Batuk, cegukan, atau asma
- Gugup
- Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang) segera setelah makan.
- Dipukul keras di perut.
- Kelelahan (melakukan latihan berat terlalu banyak dapat menyebabkan
muntah tak lama kemudian).
- Sindrom ruminasi, gangguan kurang terdiagnosis dan kurang dipahami yang
menyebabkan penderita memuntahkan makanan yang tak lama setelah dikonsumsi.
Dampak dan komplikasi
- Dehidrasi. Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah
cairan akan keluar, sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang tadinya
penting untuk berperan dalam homeostasis. Dehidrasi ini akan berimplikasi
hipovolemik pada tubuh, kulit kering, rasa haus, lemas, anak gelisah. Bila
berat dapat terjadi napas cepat, tekanan darah turun, gangguan jantung, kejang,
penurunan kesadaran, bahkan dapat mengancam jiwa.
- Acidosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung.
- Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolysis). Pada
saat muntah, asam lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut. Ketika asam
lambung keluar dan berada di dalam mulut, maka akan merusak email gigi sehingga
gigi menjadi rapuh dan gampang rusak.
Penanganan
- Pemberian cairan (minum) untuk menggantikan cairan yang telah hilang
dan mencegah terjadinya dehidrasi.
- Posisikan anak pada posisi telungkup atau miring (miring ke kiri atau
ke kanan) untuk menghindari isi muntahan masuk ke saluran napas.
- Perhatikan tanda-tanda dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan tubuh
kekurangan cairan. Dehidrasi dapat terjadi apabila anak muntah terus-menerus.
Dehidrasi yang berat dapat mengancam nyawa.
- Tetap berikan cairan. Pemberian cairan (minum) sangat penting untuk
mencegah anak dehidrasi. Apabila anak menolak, tetap bujuk anak untuk minum.
Untuk Bayi, bila anda masih menyusui, berikan ASI. Dokter mungkin akan
menambahkan cairan elektrolit (oralit). Bila bayi anda mendapatkan susu
formula, dokter mungkin akan menggantikan sementara susu formula dengan oralit
selama 12-24 jam pertama, atau menganjurkan untuk memberikan susu formula yang
2 kali lebih encer dibandingkan susu formula yang biasa diberikan.
Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan air, air bercampur gula (1 sendok
teh gula dalam 120 ml air), dan oralit. Berikan cairan dalam jumlah
sedikit-sedikit tapi sering (1 sendok teh tiap 1-2 menit). Apabila toleransi
anak baik atau tidak muntah lagi, tingkatkan jumlah cairan secara bertahap.
Apabila anak tetap muntah, tunggu 30-60 menit terhitung sejak muntah terakhir,
lalu berikan 1 sendok teh cairan setiap 1-2 menit. Pemberian cairan dalam
jumlah sedikit namun frekwensinya sering relatif lebih mudah ditoleransi anak
dari pada pemberian dalam jumlah banyak sekaligus.
- Modifikasi pola makan. Hindari pemberian makanan yang padat, berserat
dan keras dan berlemak karena makanan tersebut relatif lebih lama dicerna dan
dapat merangsang muntah.
- Saat muntah berlebihan atau melebihi 5 kali sehari sebaiknya dipuasakan
sementara sambil minum obat muntah. Setelah 1 jam baru boleh minum
sedikit-sedikit tapi sering.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar